LITERASI
DALAM PEMBELAJARAN
DI SEKOLAH DASAR
Literasi tidak terpisahkan dari dunia
pendidikan. Literasi menjadi sarana peserta didik dalam mengenal, memahami, dan
menerapkan ilmu yang didapatkannya di bangku sekolah. Literasi juga terkait
dengan kehidupan peserta didik, baik di rumah maupun di lingkungan sekitarnya
untuk menumbuhkan budi pekerti mulia. Literasi
pada awalnya dimaknai 'keberaksaran' dan selanjutnya dimaknai 'melek' atau
'keterpahaman'. Pada langkah awal, “melek baca dan tulis" ditekankan
karena kedua keterampilan berbahasa ini merupakan dasar bagi pengembangan melek
dalam berbagai hal.
Peta jalan Gerakan Literasi Nasional Kemendikbud (2017)
mendefinisikan literasi sebagai:
- suatu rangkaian kecakapan membaca, menulis, dan berbicara, kecakapan berhitung, dan kecakapan dalam mengakses dan menggunakan informasi;
- sebagai praktik sosial yang penerapannya dipengaruhi oleh konteks;
- sebagai proses pembelajaran dengan kegiatan membaca dan menulis sebagai medium untuk merenungkan, menyelidik, menanyakan, dan mengkritisi ilmu dan gagasan yang dipelajari; dan
- sebagai pemanfaatan teks yang bervariasi menurut subjek, genre,dan tingkat kompleksitas bahasa.
Menurut Word Economic Forum (2016), peserta didik
memerlukan 16 keterampilan agar mampu bertahan di abad XXI, yakni literasi dasar (bagaimana peserta didik
menerapkan keterampilan berliterasi untuk kehidupan sehari-hari), kompetensi
(bagaimana peserta didik menyikapi tantangan yang kompleks), dan karakter
(bagaimana peserta didik menyikapi perubahan lingkungan mereka). Dalam lingkup
karakter, penguatan pendidikan karakter (PPK) di Indonesia mengacu pada lima
nilai utama, yakni (1) religius, (2) nasionalis, (3) mandiri, (4) gotong
royong, (5) integritas (Depdikbud, 2016).
Nilai karakter ini dapat terwujud melalui upaya untuk
meningkatkan kecakapan multiliterasi peserta didik pemahaman multiliterasi,
dengan fokus pada literasi baca-tulis, literasi budaya dan kewargaan, literasi
sains, literasi numerasi, literasi digital, dan literasi finansial. Adapun
pembelajaran yang bersifat multiliterasi ini memadukan karakter dengan
penekanan pada lima karakter PPK di atas serta kompetensi abad ke-21 yang
mengembangkan kreativitas, kecakapan berpikir kritis, kemampuan komunikasi,
serta kolaborasi. Semuanya ini diharapkan dapat menjadi bekal kecakapan
hidup sepanjang hayat. Keterkaitan antara multiliterasi, kompetensi abad ke-21,
dan nilai karakter utama ini adalah sebagai berikut.
Saat ini kegiatan di sekolah ditengarai belum
optimal mengembangkan kemampuan literasi warga sekolah khususnya guru dan siswa. Hal ini disebabkan
antara lain oleh minimnya pemahaman warga sekolah terhadap pentingnya kemampuan
literasi dalam kehidupan mereka serta minimnya penggunaan buku-buku di sekolah
selain buku-teks pelajaran. Kegiatan membaca di sekolah masih terbatas pada
pembacaan buku teks pelajaran dan belum melibatkan jenis bacaan lain.
Pada sisi lain, hasil
beberapa tes yang telah dilakukan adalah sebagai berikut.
PIRLS atau Progress International Reading Literacy Study (PIRLS) mengevaluasi
kemampuan membaca peserta didik kelas IV. PISA atau Programme for International Student Assessment mengevaluasi
kemampuan peserta didik berusia 15 tahun dalam hal membaca, matematika, dan
sains. INAP atau Indonesia National Assassment Program (INAP) mengevaluasi kemampuan siswa dalam
hal membaca, matematika, dan sains.
Data ini selaras dengan temuan CCSU
(2017) terkait negara paling literat di dunia (World’s Most Literate Nation) yang menempatkan Indonesia pada
peringkat 60 dari 61 negara yang disurvei. Survei yang mengukur indeks
ketersebaran informasi dan budaya masyarakat dalam menggunakan informasi
melalui surat kabar, informasi digital dan perpustakaan ini menunjukkan bahwa
masyarakat Indonesia belum melek informasi.
Kondisi ini jelas memprihatinkan karena terkait dengan kemampuan
kemampuan dan memahami bacaan sebagai dasar bagi pemerolehan pengetahuan,
keterampilan, dan pembentukan sikap peserta didik. Oleh sebab itu, dibentuklah
Satuan Tugas Gerakan Literasi Sekolah (GLS) sebagai salah satu alternatif untuk
menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik
melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah agar mereka menjadi pembelajar
sepanjang hayat (Wiedarti dan Kisyani-L. ed., 2016).
Upaya sistematis dan berkesinambungan perlu
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan literasi siswa. GLS untuk menumbuhkan
minat baca dan kecakapan literasi telah dicanangkan sejak tahun 2016, namun
saat ini belum terlalu menyentuh aspek pembelajaran di kelas. Beberapa panduan
terkait GLS telah diterbitkan tahun 2016 oleh Dikdasmen Kemendikbud, yakni (1)
Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah, (2) Panduan Gerakan Literasi Sekolah di
Sekolah Dasar, (3) Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah
Pertama, (4) Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Luar Biasa, (5)
Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Atas; (6) Panduan Gerakan
Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Kejuruan, (7) Buku Saku Gerakan Literasi
Sekolah, (8) Manual Pendukung Gerakan Literasi Sekolah untuk Jenjang Sekolah
Menengah Pertama. Saat ini, GLS perlu disempurnakan dengan panduan teknis dan
pelatihan atau penyegaran untuk memampukan guru melaksanakan strategi literasi
dalam pembelajaran.
Salah satu pelatihan tersebut adalah
pelatihan dan/atau penyegaran instruktur Kurikulum 2013. Materi yang disajikan
terutama menekankan pada peningkatan keterampilan mengelola pembelajaran dengan
strategi literasi untuk meningkatkan kecakapan multiliterasi siswa, membentuk
karakter, dan mengembangkan kompetensi abad ke-21.
Materi penyegaran Kurikulum 2013 ini terwujud
dalam bentuk modul, materi presentasi, dan alat bantu berwujud pengatur grafis
yang memandu aktivitas peserta untuk mendalami dan mengimplementasi strategi
literasi dalam pembelajaran. Semua perangkat ini diharapkan dapat memandu
instruktur dan pemangku kepentingan di jenjang nasional, provinsi,
kabupaten/kota, dan sekolah dalam pelaksanaan, pengembangan, dan penguatan
strategi literasi dalam pembelajaran.
Tujuan penyusunan materi ini adalah untuk:
1.
Memberikan
inspirasi kepada peserta pelatihan untuk memanfaatkan beragam sumber belajar,
termasuk buku-teks-pelajaran dan buku-nonteks-pelajaran dalam pembelajaran.
2.
Meningkatkan
pemahaman siswa terhadap bacaan,
kemampuan berpikir siswa, dan kecakapan komunikasi siswa.
Masalah 1
Pengembangan kegiatan pembelajaran untuk
meningkatkan kemampuan literasi khususnya mengembangkan minat baca belum
berjalan secara optimal di sekolah karena beberapa guru memiliki pemahaman
berbeda atau kurang memadai tentang literasi. Guru seharusnya dapat menjadi
teladan yang baik bagi siswanya. Saat guru meminta siswa membaca, guru pun juga
perlu membaca untuk memberi contoh yang baik bagi siswanya. Tradisi literasi (kemampuan komunikasi yang
artikulatif secara verbal dan tulisan serta kemampuan menyerap informasi
melalui bacaan) juga belum tumbuh secara koheren dalam diri beberapa guru.
Masalah 2
Upaya untuk menyosialisasikan dan
meningkatkan kemampuan literasi di sekolah belum membuahkan hasil yang optimal
karena kurangnya pendampingan dan pelatihan untuk meningkatkan kesadaran dan
kemampuan literasi guru. Selain itu, materi ajar dan bahan bacaan yang tersedia
di sekolah belum dimanfaatkan secara optimal untuk mengembangkan kemampuan
literasi siswa.
Guru perlu memahami bahwa upaya pengembangan literasi tidak berhenti ketika
anak dapat membaca dengan lancar. Pengembangan literasi perlu terjadi pada
pembelajaran di semua mata pelajaran melalui upaya untuk meningkatkan kemampuan
berpikir analitis, kritis, kreatif, dan memecahkan masalah. Para guru perlu
memasukkan strategi literasi dalam pembelajarannya. Pengembangan kemampuan
literasi di sekolah akan membantu meningkatkan kemampuan belajar siswa.
Penggunaan bacaan atau bahan ajar yang bervariasi, disertai dengan perencanaan
yang baik dalam kegiatan pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
literasi siswa.
Beers, C. S., Beers, J. W., &
Smith, J. O. (2009). A Principal’s Guide
to Literacy Instruction. New York: Guilford Press.
Robb, L. 2003. Teaching Reading in Social Studies, Science, and Math: Practical Ways
to Weave Comprehension Strategies Into Your Content Area Teaching. New
York: Scholastic Professional Books.
Pusat Bahasa,
2005. Seri Glosarium: Glosarium Pendidikan. Jakarta: Kementerian
Pendidikan Nasional.
Wiedarti, Pangesti dan Kisyani-Laksono (ed.).
2016. Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta: Dikdasmen, Kemdikbud.
Wilson, A.A. and Chavez, K.J. 2014. Reading and Representing Across the Content
Areas: A Clasroom Guide. New York:
Teachers College Press, Columbia University.
Satgas GLS Ditjen Dikdasmen, 2016a. “Strategi Literasi dalam Pembelajaran
di Sekolah Dasar (Modul Materi Penyegaran
Instruktur Kurikulum 2013)”. Jakarta.
Satgas GLS Ditjen Dikdasmen, 2016b. “Strategi Literasi dalam Pembelajaran di Sekolah Menengah
Atas”. Jakarta.
Tim GLN Kemendikbud, 2017. “Peta Jalan Gerakan
Literasi Nasional”. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar